Rabu, 31 Desember 2008

Chemistry in Our Food

By. Elok Kamilah Hayi

Salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting adalah pangan, masalah pangan selalu mendesak apabila ditambah dengan masalah laju kenaikan penduduk. Dalam produksi, penggandaan, dan konsumsi, bahan pangan banyak mengalami perubahan, baik yang diharapkan atau tidak. Perubahan tersebut sebagian besar berasal dari reaksi kimia dan bahan-bahan kimia.
Revolusi industri pangan yang memberikan perubahan baik secara kualitatif atau kuantitatif pada makanan menyebabkan perkembangan dalam bahan makanan maju pesat, baik itu untuk pengawet, perasa, tekstur/warna dari makanan. Kita tidak dapat menghindari dari perkembangan teknologi tersebut, penelitian-penelitian yang dilakukkan di negara maju akan mempengaruhi dan merubah keadaan sosial.
Konsumen membutuhkan makanan yang segar, murah dan mudah disajikan sebagai tuntutan zaman yang makin praktis. Teknologi yang bertambah maju makin meningkatkan bahan-bahan kimia yang ditambahkan pada makanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut hasil penelitian terdapat 2.500 variasi kimia.
Bahan-bahan tambahan tersebut dapat mempengaruhi kualitas bahan makanan, penambahan bahan tambahan tersebut dapat memperpanjang waktu kadaluarsa bahan pangan, meningkatkan aroma dan penampilan bahan pangan.
Zat aditif adalah substansi atau campuran dari substansi selain dari makanan dasar (karbohidrat) yang ada dalam makanan, sebagai akibat dari aspek produk, proses, penyimpana dan packing. Adapun kegunaan dari zat aditif adalah melindungi nutrisi makanan, dan harga produksi lebih murah. Yang termasuk dalam zat aditif adalah pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksida, pengawet, pengemulsi, anti penggumpal dll.
Pada umumnya bahan tambahan (zat aditif) dibagi menjadi dua yaitu:
Aditif sengaja adalah aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu untuk meningkatkan konsistensi nilai gizi, cita rasa dll.
Aditif tidak disengaja adalah aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah yang sangat kecil sebagai akibat proses pengolahan.
Pada umumnya bahan sintetik mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih murah, tapi juga mempunyai kelemahan yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan kadang bersifat karsinogenik yang dapat menagsang terjadi kangker pada manusia atau hewan.
Hal ini, dapatlah menjadi bahan perenungan bagi kita, apakah bahan-bahan tambahan sintetik ini cukup aman dikonsumsi oleh manusia? Bagaimana dampak terhadap metabolism tubuh apabila kita mengkonsumsi secara berlebih?
Akhir-akhir ini, pelaku konsumen lebih cenderung menggunakan suatu bahan tambahan yang murah dan menghasilkan produksi yang banyak, dibandingkan dengan bahan tambahan kimia yang aman bagi tubuh,apalagi menggunakan bahan alami. Batasan-batasan tersebut ilanggar oleh oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan produksi secara cepat.

Antimikroba
Mikroba membawa penyakit sehingga akan menyebabkan suatu infeksi. Teknologi pangan membuat suatu senyawa kimia antimikroba, sehingga makanan tidak mudah rusak. Untuk mencegah adanya mikroba dalam makanan dapat dilakukan dengan pemanasan, pengeringan, fermentasi atau penambahan senyawa-senyawa kimia. Penambahan garam nitrat/nitrit cenderung berbahaya. Penambahan nitrit/nitrat digunakan dalam proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba. Selain itu dewasa ini cukup marak penambahan formalin yang merupakan larutan organik bersifat karsinogenik yang digunakan sebagai pengawet makanan.
Pada massa sekarng ini, antimikroba pada makanan digunakan untuk pengawet dan mempunyai peran signifikan dalam memproduksi suplai makanan.
Faktor-faktor yang mesti harus diperhatikan:
· Mengetahui spektrum mikroba
· Sifat kimia dan hasil dari anti mikroba harus diketahui
· Produk makanan harus diketahui (nilai pka, kelarutan, pH dll)
Kecenderungan back to nature mengoptimalkan bahan-bahan alam untuk digunakan sebagai pengawet makanan alami. Penelitian mengenai potensi pengawet alami yang dikembangkan dari tanaman rempah (seperti jahe, kayu manis, andaliman, daun salam dan sebagainya) maupun dari produk hewani (seperti lisozim, laktoperoksidase, kitosan dan sebagainya) sendiri sebenarnya telah banyak dilakukan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa hasil penelitian in vitro terhadap efek anti bakteri, bahan alam yang dilakukan antara lain batang belimbing wuluh (Faradisa, 2008) dan buah belimbing wuluh (Latifah, 2008), secara laboratories mempunyai potensi sebagai antibakteri.
Akan tetapi, penggunaan bahan antimikroba kimia, di lingkungan masyarakat (produsen) lebih banyak digunakan dalam produk pangan, mengingat hasil yang lebih baik sebagai pengawet dan biaya yang relative lebih murah.

Antioksidant
Pada produk makanan, secara umum senyawa antioksidan dibagi menjadi dua:
Pertama, Intentional (disengaja), ketika ditambahkan pada makanan mempunyai efek khusus. Kedua, Incindental (tidak disengaja), proses akhir makanan sebagai hasil dan digunakan untuk fasilitas produk, penyimpanan dan packing. Adapun fungsinya adalah meningkatkan stabilitas makananan dan menambah harga nutrisi dari vitamin (jika tidak ada senyawa antioksidan maka vitamin akan teroksidasi dan terjadi degradasi).
Antioksidan merupakan bahan kimia (alami atau sintetis) yang digunakan untuk melindungi komponen-komponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak, dari proses oksidasi oleh adanya oksigen. Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan pigmen yang juga banyak mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya.
Pada awalnya penambahan antioksidan hanya ditujukan untuk mencegah terjadinya ketengikan pada bahan makanan yang dikonsumsi, namun pada kenyataannya antiokasidan sebenarnya dapat berfungsi sebagai antiokasidasi dalam tubuh. Piliang (2001) mengemukakan bahwa senyawa ini dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok antiokasidan yang membentuk sistem antioksidasi dalam tubuh yaitu :
Antioksidan primer, berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas
Antiokasidan sekunder, berfungsi untuk menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai dari radikal bebas yang terbentuk.
Antioksidan tersier, yang berfungsi untuk memperbaiki molekul-molekul yang rusak oleh radikal bebas.
Banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah, teh, kokoa, biji-bijan, serealia, buah-buahan, sayur-sayuran dan alga. Bahan pangan ini mengandung jenis senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan, seperti asam amino, asam askorbat, golongan flavonoid, tokoferol, karotenoid, tannin, peptida, melanoidin, asam organik, dll. (Pratt, 1992). Kebanyakan senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, walaupun ada beberapa antioksidan yang terdapat pada produk non pangan seperti beberapa bagian tanaman, misalnya kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari. Suatu senyawa agar dapat digunakan sebagai antioksidan harus memiliki sifat-sifat : tidak toksik, efektif pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%) dapat terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik).
Banyak bahan pangan yang berfungsi sebagai antioksidan alami, antara lain, vitamin E dipercaya sebagai sumber antioksidan yang kerjanya mencegah mencegah lipid peroksidasi dari asam lemak tak jenuh dalam membran sel dan membantu oksidasi vitamin A serta mempertahankan kesuburan. Vitamin E disimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diperoleh dari minyak nabati terutama minyak kecambah, gandum, kacang-kacangan, biji-bijan, dan sayuran hijau.
Sebagai antioksidan, beta karoten adalah sumber utama viitamin A yang sebagian besar ada dalam tumbuhan. Selain melindungi buah-buahan dan sayuran berwarna kuning atau hijau gelap dari bahaya matahari, beta karoten juga berperan serupa dalam tubuh manusia. Beta karoten terkandung dalam wortel, brokoli, kentang dan tomat.

Flavoring agents (cita rasa aroma)
Flavoring agents (cita rasa aroma) adalah substansi kimia atau capuran substansi kimia baik alami atau buatan yang tujuan utamanya adalah memberikan semua/bagian khusus efek untuk makanan atau produk lain didalam mulut.Senyawa sintetik ini selain dapat memberikan aroma, dihasilkan pula senyawa sintetik yang dapat menimbulkan rasa enak (flavor entiancor). Flavor entiancor dapat meningkatkan rasa dengan menambah substansi pada makan. Salah satunya adalah MSG (Mono Sodium Glutamat). MSG adalah garam sodium/natrium dari asam glutamate dan merupakan senyawa cita rasa. Asam glutamate adalah suatu asam amino yang merupakan salah satu komponen penting protein yang dibutuhkan tubuh kita. Secara alami asam glutamat terdapat dalam makanan kita sehari-hari seperti daging, ikan, telur, susu (termasuk ASI), keju, tomat dan berbagai macam sayuran. Dikalangan masyarakat penambahan MSG dalam makanan untuk SG menguatkan rasa atau aroma bahan makanan pokok itu sendiri. Manfaat lainnya adalah menghilangkan rasa tidak enak yang terdapat pada bahan makanan tertentu, misalnya menghilangkan rasa langu kentang. Namun, tidak berarti bahwa MSG dapat menghilangkan rasa tidak enak bahan makanan yang sudah rusak. Dipasaran MSG terdapat dalam bentuk kristal monohidrat dan dikenal sebagai Ajinomoto, Sasa, Miwon dll.

Pewarna
Pewarna merupakan kosmetik dalam makanan yang dapat menambah selera, karena itu penggunaannya relatif penting untuk menarik awal perhatian. Dalam masyarakat akibat minimnya informasi zat warna yang diizinkan untuk makanan, menimbulkan penyalagunaan zat warna, misalnya zat warna tekstil atau kulit digunakan untuk mewarnai makanan. Hal ini berbahaya karena adanya residu logam berat pada pewarna tersebut akan mempengaruhi sistem dalam tubuh.

Kesimpulan
Kebutuhan akan pangan pada dewasa ini makin meningkatkan pula teknologi pangan guna memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan makanan yang segar, siap saji dan menarik. Untuk memenuhi tuntutan itu semua digunakan senyawa kimia sebagai bahan aditif makanan. Pemakaina senyawa kimia dalam makanan tersebut dapat menimbulkan penyakit apabila digunakan dalam jumlah berlebih.

Senin, 22 Desember 2008

Soal Her UTS Kimdas1

Soal Her Kimia dasar dapat di klik di sini

Tugas terakhir dikumpulkan tanggal 3 Januari 2009 di Jurusan Kimia. (lewat batas tersebut, tugas tidak di terima), bagi yang baca pengumuman ini harap di sebarkan ke teman-teman lain untuk membuka blog ini, untuk mendonwload tugas.

-elokkamilah-

Rabu, 10 Desember 2008

POTENSI DAN PELUANG TANAMAN OBAT SEBAGAI OBAT PELANGSING ALAMI

oleh: Elok Kamilah Hayati

Berdasarkan pengetahuan masyarakat, telah diketahuai beberapa jenis tumbuhan berkhasiat obat yang sangat populer antara lain: Jahe, Bangle, Kunyit, Temulawak, daun Jati Belanda dan lain-lain. Pengetahuan mengenai tanaman obat ini didasarkan pada jenis tumbuhan, bagian yang digunakan, cara pengolahan sampai dengan khasiatnya.
Sekitar 25 dari obat-obatan yang diresepkan negara industri maju mengandung bahan senyawa aktif hasil ekstraksi dari tanaman obat (Supriadi, 2001). Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam, menunjukkan bahwa sekitar 80% penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional. Karena efek samping dari tanaman obat ini relatif kecil.
Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, merupakan negara yang sangat potensial dalam bahan baku obat. Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain untuk pengobatan juga dimanfaatkan sebagai pencegahan dan pemulihan stamina serta kosmetika. Dari penelitian etnomedika yang dilakukkan oleh peneliti di Indonesia telah diketahui sekitar 418 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat antara lain mengobati penyakit malaria, demam, kulit dan pencernaan. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis tumbuhan yang diperkirakan mencapai sekitar 25.000 jenis atau lebih dari 10 % dari jenis flora dunia.
Diantara tumbuhan-tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat alami adalah untuk melangsingkan tubuh, oleh karena itu masyarakat berupaya untuk mewujudkan untuk menghilangkan lemak dalam tubuh (kegemukan) dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan.
Kegemukan dalam arti bahasa adalah kelebihan berat badan. Seseorang dikatakan gemuk jika memiliki kelebihan berat badan lebih dari 20% dari berat ideal. Kegemukan atau Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial sebagai akibat dari energi yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak daripada energi yang dikeluarkan (Raharjo et al. 2005). Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh kegemukan antara lain hipertensi dan penyakit jantung pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan angka kematian. Kegemukan ini biasanya disebabkan kerena pola makan yang salah dan tidak terkontrol, kurang aktivitas (olah raga), faktor fisiologi seperti wanita hamil dan faktor psikologi seperti stress yang memeyebabkan pola makan terganggu
Salah satu indikator kegemukan adalah tingginya kadar lemak dalam tubuh. Orang gemuk cenderung mempunyai kadar lemak yang tinggi dibanding orang kurus. Lipid atau lemak terdapat dalam makanan kita sehari-hari. Lemak tidak pernah larut dalam plasma darah. Olah raga yang teratur, mengurangi makanan yang mengandung lemak tak jenuh dan mengutamakan sayur serta buah, menjaga pola makan secara benar, dan mengkonsumsi tanaman obat yang telah terbukti dalam menurunkan berat badan.
Pada prinsipnya obat pelangsing adalah obat yang dapat menghilangkan atau mendegradasi lemak dari dalam tubuh. Meningkatnya pemahaman wanita terhadap arti kesehatan membuat mereka lebih berhati-hati dalam memilih obat pelangsing yang akan dikonsumsi. Alasan praktis dan aman menjadi syarat mutlak sehingga mereka cenderung memilih obat pelangsing alami. Saat ini, banyak penelitian dilakukan untuk mendapatkan obat pelangsing yang berasal dari campuran tanaman obat yang biasa dikenal sebagai jamu. Bahan alam yang banyak digunakan untuk jamu pelangsing tubuh diantaranya adalah daun jati belanda, bangle, kemuning, tempuyang, kunyit, temu ireng, dan kencur (Widiyastuti 2000). Simplisia yang paling dominan adalah daun Jati Belanda yang kini telah banyak diteliti kandungannya.
Untuk mengatasi kegemukan, masyarakat dewasa ini telah banyak menggunakan tanaman obat sebagai upaya untuk menurunkan atau membuang lemak dalam tubuh. Tanaman obat yang dapat berfungsi sebagai penurun kadar lemak antara lain, daun Jati Belanda(Guazuma ulmifolia Lamk), Bangle (Zingiber cassumunar Roxb), kemuning (Murraya paniculata (L) Jack), blimbing manis (averhoa carambola L), kunyit, tempuyung (Sonchus arvensis).
Tanaman-tanaman obat ini berkhasiat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga pembakaran timbunan lemak dalam tubuh akan meningkat. Dengan demikian akan mengurangi kadar lemak tubuh, sehingga dapat digunakan sebagai obat pelangsing. Selain itu dengan turunnya kadar lemak berarti akan mengurangi terbentuknya kolesterol, karena lemak merupakan faktor risiko tinggi terhadap kolesterol

Daun Jati Belanda(Guazuma ulmifolia Lamk)
Tanaman yang berasal dari negara Amerika beriklim tropis ini tumbuh secara liar di wilayah tropis lainnya seperti di Pulau Jawa. Nama daerah untuk jenis adalah di Sumatra disebut sebagai Jati Belanda(melayu); di jawa disebut sebagai jati londo (jawa tengah).
Tumbuhan ini berhabitus pohon, tinggi bisa mencapai 20 m, ditanam sebagai pohon peneduh, tanaman pekarangan atau tumbuhan liar. Tumbuh pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 800 m dari permukaan air laut.
Daun Jati Belanda dapat mendegradasi lemak dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, lendiri, karotenoid, asam fenol dan damar. Senyawa tanin dan musilago yang terkandung dalam daun Jati Belanda dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan. Dengan demikian proses obesitas (kegemukan) dapat dihambat.
Hasil penelitian tentang daun Jati Belanda memperkuat penggunaannya secara ilmiah sebagai tanaman obat. Ekstrak daun Jati Belanda yang diberikan secara oral dengan konsentrasi 15 persen dan 30 persen dapat menurunkan kadar kolesterol total serum kelinci.
Seduhan dan rebusan daun Jati Belanda dapat meningkatkan konsentrasi asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dengan bantuan enzim lipase. Iswantini et al. (2003) menyatakan bahwa ekstrak kloroform dari daun Jati Belandaini dapat meningkatkan aktivitas enzim lipase, sedangkan ekstrak air daun Jati Belanda yang mengandung tanin dan ekstrak steroid/triterpenoid mampu menurunkan kadar kolesterol darah tikus sebesar 31,51% (Rachmadani 2001).
Menuurut Raharjo et al. (2005) menjelaskan Ekstrak etanol daun jati belanda menghambat aktivitas enzim lipase serum Rattus norvegicus secara bermakna. Efek penghambatan meningkat sesuai pertambahan dosis. penghambat aktivitas enzim lipase (orlistat) dapat menurunkan absorpsi lemak dengan menghambat aktifitas enzim lipase pankreas yang mengkatalisasi hidrolisasi trigliserid makanan dalam usus menjadi 2 monogliserid dan 2 asam lemak rantai panjang, sehingga absorpsi lemak dihambat dan meningkatkan ekskresi lemak melalui feses.
Penggunaan daun Jati Belanda sebagai obat pelangsing di masyarakat dicampur dengan rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb). Hal ini semakin meningkatkan keefektivitasan untuk mendegradasi lemak dalam tubuh.


Bangle (Zingiber cassumunar Roxb)
Bangle tumbuh di daerah Asia tropika, dari India sampai Indonesia. Di Jawa dibudidayakan atau di tanam di pekarangan pada tempat-tempat yang cukup mendapat sinar matahari, mulai dari dataran rendah sampai 1.300 m dari permukaan air laut. Herba semusim, tumbuh tegak, tingginya 1-1,5 m. Bangle mempunyai rimpang yang menjalar dan berdaging, bentuknya hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan, tebal 2-5 mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut, kadang-kadang dengan parut daun, warnanya coklat muda kekuningan, bila dibelah berwarna kuning muda sampai kuning kecoklatan. Rasanya tidak enak, pedas dan pahit. Bangle digolongkan sebagai rempah-rempah yang memiliki khasiat obat.
Kandungan senyawa kimia di dalam rimpang bangle antara lain: alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, saponin, pati, tanin, steroid/triterpenoid, lemak, dan gula (Wijayakusuma et al. 1997) serta sineol dan pinen (Winarti et al. 1994). Tanaman bangle ini memiliki beberapa khasiat diantaranya adalah sebagai obat lemah jantung, sakit kepala, reumatik, pencahar, penurun panas, penyembuh sakit perut, batuk berdahak, sakit kuning, cacingan, ramuan jamu wanita setelah melahirkan, mengatasi kegemukan (Wijayakusuma et al. 1997), sebagai antioksidan, antiinflamatory (Masuda et al. 1994), dan sebagai insektisida (Nugroho et al. 1996; Ariani 2003) selain itu tanaman ini juga berfungsi sebagai analgesik (Ozaki 1994).
Menurut Darusman et al. (2001), degradasi lemak dapat didekati dengan hidrolisis lemak melalui aktivitas lipase, sehingga ekstrak yang bersifat aktivator enzim dapat dikategorikan sebagai peluruh lemak. Sebagai obat pelangsing, senyawa flavonoid yang terdapat pada rimpang diekstraksi dengan pelarut metanol 80% dapat meningkatkan aktivitas enzim lipase.
Febriany (2004) menjelaskan bahwa ekstrak metanol, air, tanin, dan steroid memiliki aktivitas tertinggi terhadap kerja hidrolisis enzim lipase pada konsentrasi 300 ppm, sedangkan ekstrak flavonoid pada konsentrasi 600 ppm. Ekstrak tanin pada konsentrasi 300 ppm merupakan ekstrak yang memiliki potensi meningkatkan aktivitas enzim lipase secara in vitro tertinggi, sedangkan ekstrak gabungan yang memiliki potensi tertinggi dalam meningkatkan aktivitas enzim lipase adalah flavonoid dan steroid.

Asam Jawa (Tamarindus indica L)

Asam Jawa, selain digunakan sebagai bumbu dapur juga sebagai tanaman obat. Nama lain untuk tumbuhan ini adalah di Sumatra: Bak Me (Aceh), Acamlagi (Gayo), Asam Jawa, Kayu Asam, Cumalagi (Minangkabau); di Jawa disebut sebagai Tangakal asem (Sunda), Acem (Madura); di Kalimantan disebut sebagai Asam Jawa; di Sulawesi disebut dengan Asang Jawi (Gorontalo), Camba (Makasar), Cempa (Bugis).
Daun tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia saponin, flavonoid dan tanin.

Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat meningkatkan degradasi/peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan metabolisme dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak. Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat pelangsing alami.


Blimbing Manis (averhoa carambola L)
Blimbing manis lebih dikenal masyarakat sebagi buah dengan rasa yang manis keaseman. Nama lain untuk tumbuhan ini adalah Dibalimbing Manih (Minangkabau); di Jawa disebut dengan Balimbing Amis (Sunda), Blimbing Legi (Jawa Tengah).

Daun dan batang dari tanaman ini mengandung asam oksalat sehingga rasanya asam dan air perasannya dapat digunakan sebagai penghilang karatan pada logam. Buah tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia lemak, glukosa, protein, besi, kalsium, phospor, vitamin A, B, C
Senyawa aktif yang terdapat dalam blimbing dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga meningkatkan pembakaran timbunan lemak dalam tubuh. Dengan demikian akan mengurangi lemak tubuh (melangsingkan tubuh). Sifat lemak yang sukar larut dalam plasma darah, dengan adanya protein maka lemak bisa menyatu dan mengambang dalam darah, sehingga tidak terjadi penimbunan lemak.

Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack)
Kemuning tanaman yang biasanya tumbuh liar di semak belukar, tepi hutan atau bisa digunakan sebagai tanaman hias. Karena mempunyai senyawa aktif yang berkhasiat sebagai obat, tanaman ini di golongkan sebagai tanaman obat. Nama lain untuk tanaman ini di Sumatra adalah Kemunieng (Minangkabau); di Jawa dikenal sebagai Kamuning; di NTB dikenal sebagai Kemuni dan Kamuning (Manado).
Tumbuhan ini berhabitus pohon kecil (perdu), mempunyai variasi morfologis besar sekali, tinggi pohon bisa mencapai 8 m. Jenis ini tumbuh liar disemak belukar, tepi hutan atau ditanam orang sebagai tanaman hias, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m dari permukaan air laut.
Kemuning juga mengandung senyawa aktif atsiri, damar, glikosida, dan meransin yang mempunyai potensi dapat mengurangi lemak tubuh berlebihan dan pelangsing tubuh. Daun tanaman ini dapat digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol dalam darah dengan kandungan kimia, tanin, flavonoid, steroid dan alkaloid. Hasil penelitian pada daun kemuning menunjukkan, pemberian infus ekstrak daun kemuning sebesar 10 persen, 20 persen, 30 persen, dan 40 persen sebanyak 0,5 ml pada mencit dapat menurunkan berat badannya secara bermakna (http://www.republika.co.id) diakses tanggal 26 Januari 2007.
Senyawa aktif daun kemuning ini dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga meningkatkan pembakaran timbunan lemak dalam tubuh. Dengan demikian akan mengurangi lemak tubuh (melangsingkan tubuh). Semakin berkurangnya lemak dalam tubuh berpotensi pula mengurangi kadar kolesterol karena lemak merupakan faktor risiko tinggi terhadap kolesterol.
Tanaman-tanaman obat yang telah dipaparkan di atas bekerja meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga pembakaran timbunan lemak juga akan meningkat, selain itu juga melalui degradasi/peluruhan lemak yang dapat didekati dengan hidrolisis lemak melalui aktivitas lipase, sehingga ekstrak yang bersifat aktivator enzim dapat bersifat sebagai pendegradsi lemak. Bahan-bahan alami ini jika digunakan secara teratur dan terukur dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah sekaligus berfungsi sebagai obat pelangsing yang lebih aman bagi kesehatan. Oleh karena itu prospek dan peluangnya sangat besar di dunia farmasi dan pengobatan.

PENUTUP
Daun Jati Belanda, Bangle, Asam Jawa, Blimbing Manis, dan Kemuning mempunyai potensi dan peluang sebagai obat untuk melangsingkan tubuh dengan mendegradasi lemak dalam tubuh. Oleh karena itu perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai dosis penggunaan agar supaya lebih efektif dalam mendegrasi lemak dalam tubuh. Semakin banyaknya penggunaan tanaman obat sebagai bahan pelangsing alami memberikan peluang ekonomi yang baik untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Herbal-herbal Penurun Kolesterol [serial online] (http://www.republika.co.id). Diaskes tanggal 26 Januari 2007.
Darusman LK, Rohaeti E & Sulistiyani. 2001. Kajian senyawa golongan flavonoid asal tanaman bangle (Zingiber cassumunar Roxb) sebagai senyawa peluruh lemak melalui aktivitas lipase. Bogor. Pusat studi biofarmaka lembaga penelitian. Institut Pertanian Bogor.
Febriany S. 2004. Pengaruh Beberapa Ekstrak Tunggal Bangle (Zingiber cassumunar Roxb) Dan Gabungannya Yang Berpotensi Meningkatkan Aktivitas Enzim Lipase Secara In Vitro. Skripsi. Jurusan Kimia. FMIPA. Bogor. IPB
http://www.herbal.inet.web.id. Tanaman Berkhasiat Obat. Diaskes tanggal 26 Januari 2007
Intisari online. 2000. [ serial online] www.indomedia.com/intisari/. Diaskes tanggal 26 Januari 2007
Iswantini D, Darusman LK, Gunawan E, & Nurulira Y. 2003. Identifikasi senyawa bioaktif daun Jati Belanda(Guazuma Ulmifolia Lamk.) sebagai pelansing dengan menggunakan metode enzimatis (enzim lipase). Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku. 9:138142.
Kapiten, 2002. Tanaman Untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi [ serial online] (http://www.google.co.id). Diaskes tanggal 26 Januari 2007
Koolman J dan Rohm. 1994. Color Atlas of Biochemistry. Germany. Georg Tieme Verlag.
Rachmadani. 2001. Ekstrak air daun Jati Belanda(Guazuma ulmifolia Lamk.) berpotensi menurunkan kadar lipid darah pada tikus putih strain wistar. Skripsi. Jurusan Kimia. FMIPA. Bogor. IPB.
Rahardjo S, Ngatijan dan Pramono S, 2005, Influence of Etanol Extract of Jati Belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) On Lipase Enzym Activity of Rattus norvegicus Serum. Inovasi. Vol.4: XVII: 48-54
Wijayakusuma HMH, Dalimarta S, & Wirian AS. 1997. Tanaman berkhasiat obat di Indonesia. Jakarta. Pustaka Kartini
Williams DA, Foye WO, Lemke TL, 1995, Principles of Medicinal Chemistry, Boston, A Waverly Company.
Winarti CT, Marwati & Yuliani S. 1994. Potnsi Bangle (Zingiber Cassumunar Roxb.) sebagai obat tradisional. Prosiding simposium penelitian bahan obat alami VIII. Bogor, 24-25 November 1994:25-37.